Free Wink Cursors at www.totallyfreecursors.com

Selasa, 06 Desember 2016

Cerpen berdasarkan pengalaman pribadi


Pada kiriman yang pertama, blog kita akan memberikan contoh cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Berikut adalah contohnya.

Hantu di Rumah Kosong
Kamis malam itu tidak seperti biasanya. Malam itu sang rembulan menampakkan seluruh raganya, ditemani bintang-bintang yang berkelip-kelip di sekelilingnya. Malam itu semua teman-teman ku keluar dari rumah karena kebetulan besoknya kami libur, karena bertepatan dengan tanggal merah.
Kami semua berkumpul di depan halaman rumah kosong yang kebetulan cukup luas dan kami semua memutuskan untuk bermain petak umpet, permainan kesukaan kami. Sebelumnya kami melakukan hompipah  untuk menentukan siapa yang jaga dan siapa yang bersembunyi. Kebetulan aku mendapat bagian yang paling aku sukai yaitu bersembunyi. Dan yang kali ini jaga adalah Tara. Sebelum kami memulainya kami sepakat untuk menggunakan senter masing-masing agar kita tetap aman dan tidak terlalu susah untuk menemukan teman kita yang bersebunyi.
“Aku itung ya sampe sepuluh?” Kata Tara sambil menutup matanya.
“ Iya, tapi jangan cepet-cepet itungnya ya Tar!” Teriakku sambil berlari mencari tempat yang aman untuk bersembunyi.
“Iya deh nggak bakalan cepet-cepet. Aku mulai ya itungnya, satu…dua…tiga….”
Dan ketika sudah sampai hitungan yang ke delapan aku belum menemukan tempat untuk bersembunyi setiap aku sudah menemukannya pasti sudah ada temanku yang menempatinya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah kosong yang sangat gelap.
“Sepuluh. Udah???” Tanya Tara sambil membuka matanya.
Namun tidak ada yang menjawab pertanyaan Tara. Akhirnya Tara memutuskan untuk mulai mencari teman-temannya bersembunyi dengan bantuan senter yang ia bawa tadi.
Sesekali aku mendengar suara Tara yang mengatakan “pembohong” sebagai tanda Tara telah menemukan temannya yang sedang bersembunyi.
Ketika aku menunggu keadaan yang aman untuk keluar dari tempat persembunyianku, aku tiba-tiba merasakan angin berhembus di telingaku dan itu membuat bulu kudukku berdiri dan seluruh tubuhku merinding. Ditambah lagi aku teringat tentang mitos bahwa rumah yang sudah lama tidak ditempati pasti banyak hantu yang menghuninya. Kemudian keringat dinginku keluar aku langsung panik lalu aku segera menyalakan senterku dengan jari-jariku yang bergetar. Dan ternyata senterku mati. Ketika senterku mati, tiba-tiba ada yang memegang pundakku dari belakang. Dengan perlahan aku menoleh ke belakang dan aku melihat wajah putih yang bercahaya. Sontak aku langsung menjerit sekeras mungkin dan aku berlari keluar dari rumah kosong itu.
Setelah sampai di luar, teman-temanku langsung mendekatiku.
“Dian, Dian kamu kenapa teriak-teriak?” Tanya Tara dengan wajah paniknya.
“Itu…itu di dalem ada…itu” jawabku dengan nafas terengah-engah.
“Itu-itu apa sih yan?”
“Di dalem ada….”
Sebelum mengucapkan kata hantu, dari dalam rumah kosong keluar sosok yang tadi memegang pundakku sambil melompat-lompat dan di atas kepalanya ada bundelan dari kain putih.
Aku langsung menunjuk ke arah sosok tersebut. Dan pandangan teman-temanku langsung mengikuti arahan jariku. Dan untuk memperjelas teman-temanku langsung mengarahkan senternya ke arah yang kutunjukkan.
Namun ada keanehan ternyata sosok itu menutupi matanya seolah-olah merasa kesialuan dan sosok tersebut jatuh karena tersandung. Dan setelah diamati ternyata sosok itu adalah Fia.
“Oh jadi sosok itu kamu Fi!” Tanya ku dengan ‘tandukku’ yang sudah memerah.
“Iya, maaf aku kan cuma bercanda”
“Kamu tuh bercandanya keterlauan banget tau nggak sih. Untung Dian nggak jantungan coba kalo dia jantungan, pasti Dian udah bablas.” Omel Tara sambil menopang badanku yang udah lemes banget.
“Iya-iya aku minta maaf. Aku janji nggak bakal kaya gini lagi.”
“Oke, aku pegang omongan kamu. Sekarang kamu minta maaf tuh sama Dian! Gara-gara ulah kamu Dian jadi lemes banget kaya gini ” Ucap Tara.
“Dian aku minta maaf ya? Gara-gara aku kamu jadi gini.”
“Iya aku udah maafin kamu.” Jawabku dengan suara yang lirih karena tubuhku masih cukup lemas.
Akhirnya Fia dan Tara mengantarku pulang sampai ke rumah, sedangkan teman yang lain memilih untuk pulang ke rumah masing-masing. Fia juga meminta maaf kepada Ibuku dan dia janji tidak akan mengulanginya lagi.

Semoga bermanfaat :v

0 komentar:

Posting Komentar

 

Girls' Room Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang