Pada kiriman yang pertama, blog kita akan memberikan contoh cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Berikut adalah contohnya.
Hantu
di Rumah Kosong
Kamis malam itu
tidak seperti biasanya. Malam itu sang rembulan menampakkan seluruh raganya,
ditemani bintang-bintang yang berkelip-kelip di sekelilingnya. Malam itu semua
teman-teman ku keluar dari rumah karena kebetulan besoknya kami libur, karena
bertepatan dengan tanggal merah.
Kami semua
berkumpul di depan halaman rumah kosong yang kebetulan cukup luas dan kami
semua memutuskan untuk bermain petak umpet, permainan kesukaan kami. Sebelumnya
kami melakukan hompipah untuk menentukan siapa yang jaga dan siapa
yang bersembunyi. Kebetulan aku mendapat bagian yang paling aku sukai yaitu
bersembunyi. Dan yang kali ini jaga adalah Tara. Sebelum kami memulainya kami
sepakat untuk menggunakan senter masing-masing agar kita tetap aman dan tidak
terlalu susah untuk menemukan teman kita yang bersebunyi.
“Aku itung ya
sampe sepuluh?” Kata Tara sambil menutup matanya.
“ Iya, tapi
jangan cepet-cepet itungnya ya Tar!” Teriakku sambil berlari mencari tempat
yang aman untuk bersembunyi.
“Iya deh nggak
bakalan cepet-cepet. Aku mulai ya itungnya, satu…dua…tiga….”
Dan ketika
sudah sampai hitungan yang ke delapan aku belum menemukan tempat untuk
bersembunyi setiap aku sudah menemukannya pasti sudah ada temanku yang
menempatinya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah kosong
yang sangat gelap.
“Sepuluh.
Udah???” Tanya Tara sambil membuka matanya.
Namun tidak ada
yang menjawab pertanyaan Tara. Akhirnya Tara memutuskan untuk mulai mencari
teman-temannya bersembunyi dengan bantuan senter yang ia bawa tadi.
Sesekali aku
mendengar suara Tara yang mengatakan “pembohong” sebagai tanda Tara telah
menemukan temannya yang sedang bersembunyi.
Ketika aku
menunggu keadaan yang aman untuk keluar dari tempat persembunyianku, aku
tiba-tiba merasakan angin berhembus di telingaku dan itu membuat bulu kudukku
berdiri dan seluruh tubuhku merinding. Ditambah lagi aku teringat tentang mitos
bahwa rumah yang sudah lama tidak ditempati pasti banyak hantu yang
menghuninya. Kemudian keringat dinginku keluar aku langsung panik lalu aku segera
menyalakan senterku dengan jari-jariku yang bergetar. Dan ternyata senterku
mati. Ketika senterku mati, tiba-tiba ada yang memegang pundakku dari belakang.
Dengan perlahan aku menoleh ke belakang dan aku melihat wajah putih yang
bercahaya. Sontak aku langsung menjerit sekeras mungkin dan aku berlari keluar
dari rumah kosong itu.
Setelah sampai
di luar, teman-temanku langsung mendekatiku.
“Dian, Dian
kamu kenapa teriak-teriak?” Tanya Tara dengan wajah paniknya.
“Itu…itu di
dalem ada…itu” jawabku dengan nafas terengah-engah.
“Itu-itu apa
sih yan?”
“Di dalem
ada….”
Sebelum
mengucapkan kata hantu, dari dalam rumah kosong keluar sosok yang tadi memegang
pundakku sambil melompat-lompat dan di atas kepalanya ada bundelan dari kain putih.
Aku langsung
menunjuk ke arah sosok tersebut. Dan pandangan teman-temanku langsung mengikuti
arahan jariku. Dan untuk memperjelas teman-temanku langsung mengarahkan
senternya ke arah yang kutunjukkan.
Namun ada
keanehan ternyata sosok itu menutupi matanya seolah-olah merasa kesialuan dan
sosok tersebut jatuh karena tersandung. Dan setelah diamati ternyata sosok itu
adalah Fia.
“Oh jadi sosok
itu kamu Fi!” Tanya ku dengan ‘tandukku’ yang sudah memerah.
“Iya, maaf aku
kan cuma bercanda”
“Kamu tuh
bercandanya keterlauan banget tau nggak sih. Untung Dian nggak jantungan coba
kalo dia jantungan, pasti Dian udah bablas.”
Omel Tara sambil menopang badanku yang udah lemes banget.
“Iya-iya aku
minta maaf. Aku janji nggak bakal kaya gini lagi.”
“Oke, aku
pegang omongan kamu. Sekarang kamu minta maaf tuh sama Dian! Gara-gara ulah
kamu Dian jadi lemes banget kaya gini ” Ucap Tara.
“Dian aku minta
maaf ya? Gara-gara aku kamu jadi gini.”
“Iya aku udah
maafin kamu.” Jawabku dengan suara yang lirih karena tubuhku masih cukup lemas.
Akhirnya Fia
dan Tara mengantarku pulang sampai ke rumah, sedangkan teman yang lain memilih
untuk pulang ke rumah masing-masing. Fia juga meminta maaf kepada Ibuku dan dia
janji tidak akan mengulanginya lagi.
Semoga bermanfaat :v
0 komentar:
Posting Komentar